Minggu, 07 Maret 2010

Pemahaman Individu

§ ABSTRAK

Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA umumnya menghabiskan waktu sekitar tujuh jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar.

Pengaruh sekolah itu tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa remaja, karena sekolah adalah lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Disamping itu, sekolah mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Akan tetapi, seperti halnya juga dengan keluarga, fungsi sekolah sebagai pembentuk nilai dalam diri anak sekarang ini menghadapi banyak tantangan. Khususnya, karena sekolah berikut segala kelengkapannya tidak lagi merupakan satu-satunya lingkungan setelah lingkungan keluarga, sebagaimana yang pernah berlaku dimasa lalu.

§ MASA ADOLESEN

Masa adolesen, sementara ada yang menyamakan dengan masa dewasa. Masa adolesen adalah masa peralihan dari masa remaja ke masa dewasa. Jadi masa ini merupakan masa penutup dari masa pemuda. Masa ini tidak berlangsung lama oleh karena dengan tercapainya masa ini, seseorang dalam waktu yang relatif singkat sekali telah sampai ke masa dewasa. Bahkan gejalanya atau sifat-sifatnya yang tampak dalam sikapnya menyerupai sifat dan sikap orang dewasa.

Kebanyakan masa adolesen diukur dengan masa persekolahan adalah pada waktu anak telah duduk di bangku SLTA. Mereka telah tampak sekali perbedaan dalam tingkah laku dibandingkan dengan adik-adik kelasnya. Mungkin oleh karena merekalah yang menjadi anak tertua disekolah itu, maka tumbuhlah hasratnya untuk menunjukkan bahwa mereka bukan lagi harus berbuat seperti masa-masa sebelumnya, melainkan cenderung untuk menunjukkan kematangannya, baik dalam cara berpikir, berbuat, bekerja, dan bergaul, seakan-akan mereka meminta agar adik-adiknya mencontohnya. Inilah salah satu bukti bahwa lingkungan besar sekali pengaruhnya terhadap pribadi anak.

Tentu saja tidak sama antara yang seorang dengan yang lain, dalam menunjukkan kepribadiannya kepada adik-adiknya. Hal ini juga membuktikan bahwa faktor dasar tidak dapat dihilangkan dengan pengaruh lingkungan yang sama.

Ditinjau dari proses belajar/ mengajar, anak-anak yang telah duduk di bangku SLTA tenttu saja sudah lagi tidak seperti adik-adiknya. Melainkan sudah menggunakan pikirannya yang kritis, logis, dan rasional, sekalipun tanggung jawab kebenaran materiilnya masih dibebankan kepada guru-gurunya. Lain halnya jika ia telah menjadi mahasiswa yang harus bertangung jawab atas kebenaran materi studinya. Sebab mahasiswa harus sudah bisa berlaku dewasa. Mahasiswa telah dibebani kewajiban untuk mencari kebenaran terakhir, tentang masalah, pengetahuan, pengertian, dan kecakapan yang sesuai dengan jalan hidup dan cita-citanya sebagai isi hidupnya sendiri.

§ SIFAT DAN SIKAP ADOLESEN

A. Menemukan Pribadinya

Ia mulai menyadari kemampuannya, menyadari kelebihan dan kekurangannya sendiri, mulai dapat menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat dengan jalan menyesuaikan diri dengan masyarakat tetapi tidak tenggelam di dalam masyarakat. Ia mulai dapat menggunakan haknya dan mulai mengerti kewajiban-kewajibannya sebagai anggota masyarakat, demi perkembangan kemajuan dan pertumbuhan masyarakatnya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ia mulai dapat membawa dirinya masuk kedalam masyarakat.

B. Menemukan Cita-citanya

Sebagai kelanjutan dari kemampuannya untuk menyadari kemampuan, menyadari kelebihan-kelebihannya sebagai suatu himpunan kekuatan-kekuatan yang dipergunakan sebagai sarana untuk kehidupan selanjutnya, agar dengan sarana itu ia tidak akan kehilangan haknya untuk ikut serta bersama-sama dengan anggota masyarakat yang lain mengolah lingkunngannya untuk kehidupannya. Dengan himpunan kemampuan dan kelebihan dan kekuatan yang nyata dan disadarinya itu dicarikan bentuknya yang tertinggi dan seimbang dengan daya juangnya, untuk dipergunakan sebagai pedoman hidupnya. Inilah cita-cita itu.

Jadi cita-cita itu bagi seseorang harus jelas. Ia harus yakin bahwa ia akan dapat mencapainya, ia harus siap dengan perlengkapannya, dan mengetahui cara-cara mencapainya dan mengetahui jalannya.

C. Menggariskan Jalan Hidupnya

Yang dimaksud dengan menggariskan jalan hidupnya ialah bahwa jalan yang akan dilalui didalam perjuangannya mencapai cita-cita. Sebenarnya penemuan jalan ini bersama-sama dengan terbentuknya cita-cita itu. Jalan ini merupakan garis-garis proyeksi yang ditarik dari himpunan-himpunan kemampuan dan kelebihan dan kekuatan itu ke arah cita-cita.Ia harus yakin seyakin-yakinnya, bahwa cita-citanya akan tercapai bila jalan itu dilalui dengan penuh kesetiaan, apapun yang akan terjadi.

D. Bertanggung Jawab

Ia telah mengerti tentang perbedaan antara yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang dilarang, yang baik dan yang buruk, dan ia sadar bahwa ia harus menjauhi semua hal yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu menggunakan hal-hal yang positif. Jadi sejak itu ia mulai dapat melakukan apa yang telah ia mengerti tadi. Ia tidak lagi tergoda untuk harus berbuat sama dengan orang lain, sekalipun orang lain itu berjumlah banyak, bersikeras untuk dianut, dan ditantang dengan ancanan atau hukuman. Bila pada suatu hari ia melakukan kesalahan kemudian menyadarinya, maka ia tidak akan mengulangi kesalahannya.

E. Menghimpun Norma-norma Sendiri

Ia telah mulai dapat menghimpun norma-norma sendiri, bahwa ia telah mulai dapat menentukan sendiri hal-hal yang berguna, dan menunjang usahanya untuk mencapai cita-citanya, sejauh norma-norma itu tidak bertentangan dengan apa yang menjadi tuntutan masyarakatnya, apa yang menjadi tuntutan negara, bangsa, dan kemanusiaan pada umumnya. Norma-norma atau nilai-nilai itu dihimpunnya menjadi satu dan dijadikan bekal, sarana atau senjata untuk melindungi dirinya demi keselamatannya selama berusaha untuk mencapai cita-citanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar